Postingan

Aku Bukan Cinta Pertamanya

  Ternyata Aku Bukan Cinta Pertamanya   Arya adalah paket lengkap: tampan, pintar, supel, dan yang paling penting ketua OSIS di SMP Cendekia Mandiri. Ia tidak hanya sering jadi MC acara sekolah, tapi juga langganan juara pidato dan lomba debat. Tak heran kalau para cewek di sekolah sering membicarakannya lebih dari mereka membahas soal ulangan matematika atau projek P5. Salah satu yang diam-diam mengagumi Arya adalah Aku, Namaku Hana   siswi pendiam tapi manis dari kelas VIII-C, (Pede aja kali ) Aku tak pernah menyangka sedikitpun   kalau suatu hari Arya akan menyapaku dan bahkan PDKT denganku. “Sorry, namamu Hana kan, Eh, kamu kelas berapa?” "Aku suka caramu jawab soal waktu pelajaran PKN tadi. Kamu beda," kata Arya suatu siang, saat kami   bertemu di perpustakaan. Aku kaget setengah mati   nyaris menjatuhkan buku yang sedang   kupegang, hidungku bukan hanya terasa mengembang tapi seolah hendak terbang. Dari situlah semuanya bermula. Kami ...

Berani Meraih Mimpi

  1.       Berani Meraih Mimpi Damar menundukkan kepala saat melangkah melewati gerbang sekolah. Seragam putihnya sudah agak kusam, celananya sedikit kebesaran karena merupakan bekas pemberian tetangganya. Setiap pagi, ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menarik perhatian teman-temannya, karena sering kali ejekan datang hanya karena penampilannya yang berbeda. "Eh, lihat si Damar! Seragamnya nggak ganti-ganti!" celetuk Rendi, salah satu anak paling berisik di kelasnya. "Mending ganti baju, Mar! Jangan-jangan itu seragam dari zaman dinosaurus!" teman-temannya pun tertawa. “Eh kelamaan kali itu mah seragam   dari jaman kolonial “ Gading menimpali. Damar hanya tersenyum tipis. Ia sudah terbiasa dengan komentar seperti itu. Sejak kecil, ia diajarkan oleh ibunya bahwa membalas hinaan hanya akan menambah masalah. Namun, tetap saja, kadang hatinya terasa perih. Saat bel istirahat berbunyi, hampir semua siswa berlari ke kantin. Damar, seperti bi...

Dusta Membawa Petaka

  1.       Dusta Membawa Petaka Robi   duduk gelisah di bangkunya. Hari ini, temannya, Reno, menagih utang yang sudah seminggu lalu ia pinjam untuk membeli   rokok. "Rob, mana duitnya? Lo janji hari ini bayar," bisik Reno saat jam istirahat. Robi   menelan ludah. Ia memang berjanji, tapi belum punya uang. Uang jajannya sudah habis, dan ia tak berani meminta lagi kepada ibunya. "Tolong, kasih gue waktu lagi," pinta Robi dengan wajah memelas. "Nggak bisa, Rob! Gue juga butuh duit!" Reno bersikeras. Tiba-tiba, Pak Yanto, wali kelas mereka, datang dan mengumumkan, "Anak-anak, sehubungan ada temen kita yang sakit dan sudah seminggu di rumah sakit, bagaimana kalau nanti siang kita nengok biar temenmu semangat dan cepat sembuh, tapi karena uang kas kelas kita sudah kosong bagaimana kalau kalian yang   iuran, tenang saja bersedekah tak akan membuat kamu jadi miskin .” Jantung   Robi   berdetak lebih cepat. Sebuah ide munc...

Like dan Harga Diriku

  Likes dan Harga Diriku Namaku Anya. Aku siswi kelas 8 di sebuah SMP favorit di kota ini. Dari luar, mungkin hidupku tampak sempurna.  Kedua orang tuaku cukup terpandang di kotaku, Ayahku seorang kepala Cabang Bank swasta ternama dan Ibuku sebagai anggota dewan  di daerahku. Aku sendiri cukup terkenal di sekolah bukan  karena popularitas kedua orang tuaku namun karena aku termasuk salah satu murid berprestasi, aku sering mengikuti berbagai ajang kompetisi baik di sekolah maupun di tempat lain.Baik yang dilaksanakan secara luring maupun daring dan tak jarang aku menjadi juara, aku sering tampil dalam berbagai  lomba mulai dari lomba baca puisi, pidato, dan juga story telling, dan yang membuat aku lebih popular adalah karena aku juga aktif di media sosial sebagai  konten creator dan jujur saja aku punya banyak follower. Setiap kali aku mengunggah foto atau video, puluhan bahkan ratusan likes bermunculan dalam hitungan menit. Tapi di balik semua itu, aku seri...

Dibalik Bayang-Bayang Label Guruku

  Dibalik Bayang-Bayang Label Guruku Oleh Karnah Haryati Namaku Nayla. Aku duduk di kelas 10 sebuah SMA negeri yang cukup dikenal di kota kecil kami. Aku bukan anak yang menonjol, tapi juga bukan yang selalu diam. Seperti remaja lainnya, aku punya hobi, mengikuti eskul di sekolah dan aku juga   punya sahabat. Namanya Resti. Sejak SMP kami selalu bersama. Orang bilang kami seperti saudara kembar. Atau terkadang ada juga yang bilang aku dan Resti seperti Upin Ipin dimana Upin berada di situ juga ada Ipin seperti aku dimana ada aku pasti ada Resti. Ulang tahun kami berdekatan, kami sering bertukar hadiah, belajar bersama, saling mengingatkan untuk makan dan juga untuk tidur cepat biar kami bisa menjadi anak Indonesia hebat dan memiliki peluang emas untuk mendapatkan karier yang cemerlang   jika saatnya tiba kami harus mandiri. Namun sejak masuk SMA, kedekatan kami mulai diperhatikan lebih banyak mata. Awalnya hanya bisik-bisik, kemudian berubah menjadi tatapan curiga h...
Gambar
Tentang Saya Halo! Saya Karnah Haryati , seorang Ibu, pendidik, dan penulis yang percaya bahwa setiap langkah dalam hidup selalu membawa pelajaran. Meski tak selalu mudah tetapi selalu ada harapan. Seperti janji Allah dalam QS. Al-Insyirah , "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." Blog Pelita Asa ini lahir dari keinginan saya untuk menyalakan cahaya kecil di tengah dunia yang kadang terasa gelap. Di sini, saya menulis cerita anak, cerpen remaja, kisah keluarga, refleksi kehidupan, dan pengalaman saya sebagai guru. Semuanya ditulis dengan hati, dengan harapan bisa menghangatkan, menguatkan, atau sekadar menemani siapa saja yang singgah membaca. Saya percaya, setiap orang butuh ruang untuk bercerita dan didengarkan. Semoga blog ini bisa menjadi ruang itu, tempat bertemu dengan makna, harapan, dan mungkin, jawaban. Terima kasih sudah hadir di Pelita Asa. Mari berbagi cahaya, walau hanya secercah.

Bangku di Bawah Pohon Mangga

Gambar
Bangku di Bawah Pohon Mangga Setiap pagi, Nara tiba paling awal tiba di sekolah. Setelah menyimpan tasnya di kelas   Ia selalu memilih duduk di bangku tembok   di bawah pohon mangga   . Bangku itu sudah tua, catnya mulai mengelupas, di beberapa bagian sudah ditimbuhi lumut terkadang ada sarang laba-laba   tapi hanya di sanalah Nara merasa sedikit lebih tenang. Nara jarang bicara. Suaranya kecil, seperti bisikan angin di musim gugur. Teman-temannya sering mengejeknya, “Eh, si Nara si anak bisu datang lagi!” atau “Pakaiannya itu-itu terus, enggak punya baju lain ya?” Di kelas Nara pun sering dijadikan objek   perundungan   teman-temannya, meski beberapa guru sudah mengingatkan agar tidak ada perundungan di kelas dan sekolah tapi bagi Sebagian anak merundung merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan, sehingga tak jarang saat tak   ada guru Nara menjadi objek perundungan yang mengasyikan bagi mereka, saat Nara terisak dan matanya mereh menahan tangis ...